Tuesday, April 28, 2015

SITUS BATANG KUNO MASA KLASIK (HINDU-BUDHA) Studi Historis Wilayah Lama Situs Ekskavasi di Kabupaten Batang


SITUS BATANG KUNO MASA KLASIK (HINDU-BUDHA)
Studi Historis Wilayah Lama Situs Ekskavasi di Kabupaten Batang

Oleh : Butuk Buwang

A.     Pendahuluan
           Sejarah Indonesia Kuno masih banyak menyimpan masalah yang belum terungkap. Khususnya mengenai kisah tentang Jawa Tengah Kuno yang tertulis dalam buku-buku sejarah, lebih-lebih buku-buku yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah, selalu diawali dengan penyajian mengenai muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Jawa Hindu dibagian pedalaman selatan Jawa Tengah. Dinasti Mataram Kuno dimunculkan secara tiba-tiba dengan mendapat porsi sorotan sejarawan secara lebih luas di daerah Kedu Selatan dan sekitarnya sedangkan bagian lain dari Jawa Tengah seakan-akan dibiarkan terlantar dalam kegelapan sejarah (Oemar, 1995 : 57).
         Batang adalah sebuah kabupaten yang terletak dipesisir utara Jawa Tengah. KabupatenBatang memiliki banyak peninggalan-peninggalan situs-situs sejarah kuno yang penyebarannya melingkupi seluruh wilayah di Batang. Situs-situs sejarah tersebut terdapat disekitar Batang yang diantaranya di Kecamatan Wonotunggal, Tersono, Reban, Bawang, Gringsing, Selopajang, dan Blado. Sejarah kuno di Kabupaten Batang sendiri bisa diketahui dengan peninggalan bukti-bukti sejarah diantaranya sumber temuan berupa prasasti yaitu : Prasasti Sojomerto, Prasasti Bendosari, Prasasti Wuntit, Prasasti Kepokoh, dan Prasasti Banjaran. Selain benda temuan yang lain berupa peninggalan jaman Hindu seperti lingga yoni, Ganesa, Nandi, runtuhan candi, dan bekas bangunan-bangunan/tempat bersejarah.
       Di Kabupaten Batang mempunyai peninggalan kuno yang penyebaranya meliputi seluruh wilayah yang ada di sekitar Batang. Peninggalan dari hasil temuan arkeologi dan temuan masyarakat sekitar mempuyai keunikan dan merupakan peninggalan masa lampau yang sebagai bukti bahwa daerah ini mempunyai penghuni yang berbudaya. Berdasarkan peninggalan-peninggalan karya budaya manusia yang ditemukan di Batang, baik lewat penemuan biasa secara kebetulan, penturan tradisi lokal maupun ekskavasi yang terancana oleh beberapa pihak menampakan gejala bahwa daerah tersebut sejak jaman dahulu  sudah memiliki masyarakat yang terikat dalam tatanan kehidupan yang teratur yang layak masuk dalam tinjauan sejarah.(Oemar, 1995 : 58).
        Kabupaten Batang sebenarnya mempunyai banyak situs sejarah. Namun kekayaan sejarah itu belum mendapat perhatian masyarakat luas, termasuk kalangan pendidikan. Karena itulah perlu pengenalan tentang lingkungan sejarah daerah Batang kepada dunia pendidikan khususnya pendidikan diwilayah Batang. Situs sejarah juga bisa disebut sebagai museum lapangan karena musium yang terletak didaerah terbuka seperti situs-situs sejarah. Situs sejarah juga bisa digunakan sebagai pendidikan untuk siswa sebagai sumber media pembelajaran agar siswa bisa berpikir analisis tentang bukti historis peninggalan-peninggalan sejarah yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah di sekolah.

B.   Daerah Batang dan Sekitarnya dalam Sejarah
        Daerah Batang dan sekitarnya dalam sejarah Indonesia Kuno masih merupakan praktis belum dikenal umum meskipun kalau dilihat dengan kacamata pandangan historis daerah tersebut cukup mencurigakan. Daerah Batang terletak di wilayah Jawa Tengah Utara bagian Barat, tepat disebelah Utara Dieng. Dengan ditemukan benda temuan purbakala di wilayah situs Batang dalam peninggalan Hindu mengundang pemikiran bahwa daerah tersebut mempunyai nilai sejarah dalam peristiwa masa lampaunya.
        Kabupaten Batang secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 zona. Zona Utara meliputi daerah pesisir, daerah Tengah meliputi pegunungan Roban hingga wilayah Bandar Utara, zona Selatan meliputi daerah disebelah Selatan pegunungan Roban hingga pegunungan Kendeng. Daerah Batang merupakan daerah yang subur karena mempunyai aliran sungai yang melimpah dengan tanahnya yang gembur. Di zona utara terdapat 5 sungai yang cukup besar yaitu sungai Kuto di Gringsing, langsea di Subah, sungai Baya di Tulis, sungai Keramat di Batang, dan sungai Kupang di Warungasem. Posisi geografis daerah Batang dan sekitarnya mengundang pemikiran bahwa sejak jaman dahulu (jaman Kuno) daerah tersebut sudah dipilih orang untuk dihuni dan mempunyai kontak dengan daerah luar.

C.   Daerah Batang dan Problematika dalam Sejarah Indonesia Kuno
       Dalam sejarah Indonesia di jumpai tidak sedikit persoalan yang sesungguhnya belum terpecahkan. Adanya problem-problem yang tetap belum dapat di pecahkan tersebut terutama disebabkan oleh kurangnya sumber yang tersedia. Akibatnya gambaran sejarah yang di peroleh belum jelas, lebih-lebih mengenai sejarah Indonesia Kuno.
Tanda-tanda kehidupan di Jawa Tengah, dalam buku sejarah daerah Jawa Tengah, dijelaskan :
“Dari sumber-sumber yang terbatas dapat diduga, bahwa tanda-tanda kehidupan di Jawa Tengah mulai tampak sejak abad ke VII dengan diketemukannya prasasti Sojomerto atau mungkin lebih awal lagi pada abad ke V / VI dengan diketemukan prasasti Tuk Mas yang menurut Prof. Dr. Poerbotjaroko diperkirakan dari tahun 500-an. Sedangkan tanda-tanda kebudayaan di Jawa Tengah mulai tampak sejak abad ke VII yaitu dengan berkembangnya agama Budha aliran Hinayana sekte Mulasaraswatiwada di kerajaan Holing. Sejak kerajaan Holing lenyap tidak diketahui lagi kelanjutan perkembangan agama Budha aliran Mahayana. Kedua macam agama itu hidup dan berkembang berkat dukungan dinasti Sanjaya dan Saelendra yang memerintah Jawa Tengah.”

        Sejarah Indonesia Kuno hingga abad ke-10 M, dapat disusun berkat ditemukannya sejumlah prasasti serta peninggalan purbakala lainnya dan berita-berita luar negeri (terutama berita Cina). Dalam berita-berita dari Cina disebutkan sejumlah nama tempat yang di duga berada dikepulauan Indonesia. Sebagian nama tempat tersebut belum dapat dilokasisasikan dengan tepat. Diantaranya nama-nam tempat tersebut di hubungkan dengan pulau Jawa ialah Mo Ho Sin dan Ho Ling.
       Sehubung dengan masalah yang dikemukakan, patut diperhatikan bahwa beberapa sarjanan menghubungkan kedua nama tempat tersebut dengan daerah Batang atau tempat disekitarnya. Dr. Poerbocaroko menduga daerah Masin (di kecamatan Warungasem) sebagai letak Mohosin, sedangkan Groeneveldt menunjuk Dieng sebagai kemungkinan lokasi Lang Pi Ya.
Meskipun identifikasi Lang Pi Ya dengan Dieng kurang diterima mengingat dari Dieng orang tidak dapat melihat laut, namun barang kali Groenweldt menduga bahwa Holing terletak di daerah Batang maupaun tempat disekitarnya. Berbeda dengan Goenweldt, Orsoy de Flines menempatkan Lang Pi ya di bukit Lasem.
       Penelitian di daerah Batang menunjukan pertanda yang cukup menarik dalam rangka mencari letak Lang Pi Ya. Seperti diketahui menurut I-tsing, Holing terletak di sebelah timur Mohosin.
Dalam tahun 1962 di Batang ditemukan prasasti Sojomerto. Prasasti ini sangat menarik perhatian karena di dalamnya terdapat nama Dapunta Syailendra. Bagaimana hubungannya dengan Syailendrawangsa belum jelas. Berdasarkan prasasti-prasasti yang pernah ditemukan, para sarjana belum bisa memberikan penjelasan yang meyakinkan tentang asal usul serta pertumbuhan kekuasaan  Syailendrawangsa di Jawa Tengah. Nampaknya perlu di usahakan sumber-sumber baru, baik didaerah Batang maupun tempat lain.
     Dengan ditemukan prasasti Sojomero yang kuno itu (pertengahan abad ke VII M, menurut Drs. Buchari) dan sejumlah peninggalan purbakala di daerah Batang dan Dieng, berkembanglah pendapat mengenai proses peng-Hinduan, khususnya tentang jalur lalu lintas masuknya kebudayaan Hindu kedaerah pedalaman Jawa Tengah. Pada umumnya para sarjana berpendapat bahwa asal usul terjadinya hubungan antara bangsa Indonesia dan India adalah melalui perdagangan mengingat kondisi geografis Jawa Tengah, berat dugaan hubungan itu terjadi melalui Pantai Utara.

D.   Peninggalan Situs Sejarah di daerah Batang
        Benda-benda penemuan hasil peninggalan sejarah di daerah Batang bisa dijumpai baik didaerah pantai maupun pedalaman. Dari penelitian sementara, dapat diketahui bahwa benda-benda peninggalan tersebut berasal baik dari zaman prasejarah maupun zaman sejarah hingga abad ke-10 M.  Berdasarkan aktivitas pencarian serta penelitian sumber-sumber sejarah didaerah Batang dan sekitarnya, bahwa lokasi penemuan, benda-benda sejarah situs Batang Kuno dapat dibagi dalam 6 wilayah temuan yaitu :
1.      Peninggalan sejarah di wilayah situs Geringsing
2.      Peninggalan sejarah di wilayah situs Tersono
3.      Peninggalan sejarah di wilayah situs Reban
4.      Peninggalan sejarah di wilayah situs Blado
5.      Peninggalan sejarah di wilayah situs Selopajang
6.      Peninggalan sejarah di wilayah situs Wonotunggal
7.      Peninggalan sejarah di wilayah situs Bawang

Peninggalan sejarah tersebut berupa prasasti-prasasti maupun peninggalan-peningglan sejarah lainnya.
1.      Peninggalan Prasasti
a)   Prasasti Sojomerto 

Lokasinya terdapat didaerah desa Sojomerto Kecamatan Reban. Di perkirakan berasal dari abad ke 7 M. prasasti tersebut di pahatkan dengan huruf Pallawa. Prasasti bersifat Siwaitis dan memuat silsilah Dapunta Syailendra.

Gambar 2 : Prasasti Sojomerto dari abad ke VII (sumber : Penelitian Epigrapi Jawa Tengah  no. 32)



b)   Prasasti Banjaran 
 
Lokasinya terdapat didaerah dukuh Banjaran desa Semampir Kecamatan Reban. Diduga prasasti ini sejaman dengan prasasti Sojomerto. Belum ada sumber yang memuat tentang isinya.


Gambar 3 : Prasasti Banjaran  dari desa Semampir
(sumber : Berita Penelitian Arkeologi  no. 9)




c)   Prasasti Bendosari
Lokasinya terdapat di daerah desa Sidorejo Kecamatan Gringsing. Terletak ditepi pantai pada sebelah mata air, tidak jauh dari muara sungai Kuto di Gringsing. Prasasti diperkirakan berasal dari awal abad ke 8 M dan berisi pujian terhadap mata air.

Gambar 5 : Prasasti Bendosari dari desa Sidorejo
Sekarang Prasasti Bendosari disimpan di musium Ronggo Warsito Semarang.

d)    Prasasti Blado